Bicaralah dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda,
namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan mu.

Selasa, 01 September 2009

Upaya Obama Untuk Perdamaian di Kawasan Timur Tengah… Mau Kemana?

Mufid Awad
Al-Wathan Omaniah

Para pengamat dan pihak-pihak yang berkempentingan dari berbagai pihak kini sedang menyampaikan satu pertanyaan saja, apakah presiden Amerika, Barack Obama serius dalam mewujudkan perdamaian dalam konflik Arab – Israel?

Dua kemungkinan akan bisa menjawab pertanyaan di atas; optimis dan pesimis berlebihan. Namun jika berusaha menyimpulkan dari dua kemungkinan di atas, kita akan menemukan jawaban jelas yang bisa memberikan penilaian yang benar dan jawaban langsung dan mana kemungkinan paling berpeluang terjadi selama masa-masa mendatang.

Seorang kolumnis Israel mengumpamakan apa yang terjadi antara presiden Obama dengan PM Netanyahu seperti pertandingan antara tim gajah dengan tim tikus. Setelah pada babak pertama tim tikus mengalami kekalahan telak melawan tim gajah, pelatih tim tikus memerintahkan kepada timnya agar di babak kedua menghancurkan dan menggerogoti semua yang mereka injak untuk menghindar.

Selama lebih dari empat bulan, presiden Amerika mampu menggiring Netanyahu ke pojok arena yang hampir semua pejabat Israel mengalami sesak nafas. Meskipun mereka berusaha menghindar tanggungjawab di pojok “permukiman yahudi” dan menghentikannya dengan berbagai bentuk. Misalnya dengan perundingan politik yang didasarkan kepada solusi adanya dua negara, Palestina dan Israel di wilayah Palestina. Namun Netanyahu tidak menemukan cara untuk menghindar melainkan dengan cara tikus sebagai upaya menghindar ketika terpojok. Ia mengira bahwa cara ini akan memojokkan Amerika dan di sisi lain, Netanyahu bisa meringankan tekanan dari Obama.

Netanyahu berusaha memojokkan presiden Obama di pojok berlawanan yakni dengan masalah Al-Quds. Dengan cara apa? Dengan mengintensifkan pembangunan permukiman Yahudi di kota suci itu dan melalui prosedur penjajahan lainnya. Pertandingan memang tidak layak antara Amerika dengan Israel yang merupakan anak piaraannya.

Israel mengakui bahwa pertandingan Netanyahu dengan Obama tidak seimbang dengan standar apapun. Bukan saja karena Amerika mampu memaksakan politiknya di kawasan Timur Tengah (Timteng) atau bahkan di dunia, namun karena presiden Obama menilai masalah permukiman Yahudi dimana semua dunia sepakat menolaknya baik pemerintah atau rakyatnya, menjadi satu-satunya penghalang utama perundingan yang diharapkan di kawasan Timteng. Sementara Netanyahu menyadari bahwa Al-Quds menjadi masalah kesepakatan di Israel untuk tetap dibawah kekangannya.

Obama berjanji kepada rakyatnya dan kepada dunia untuk mengubah kebijakan politik Amerika. Politik yang melahirkan rasa kebencian terhadap negerinya dari semua bangsa dunia. Dari sisi ini, agaknya Obama bertekad mewujudkan apa yang dijanjikan. Ada sejumlah indikasi perubahan politik yang berbeda dengan politik pendahulunya. Misalnya rekonsiliasi besar yang dilakukan Obama dengan dunia Arab dan Islam dimana pemecahan masalah Palestina adalah inti dari rekonsiliasi ini.

Sementara di sisi lain, Israel menilai bahwa pembekuan permukiman Yahudi adalah bunuh diri dan membuka peluang besar untuk menarik diri dari wilayah jajahan tahun 1967. Ini yang tidak diinginkan oleh Israel. Sementara pemerintah Amerika menilai bahwa pembekuan permukiman adalah jalan masuk satu-satunya mendirikan negara Palestina yang layak hidup. Selain itu, Israel menilai bahwa penarikan mereka dari wilayah jajahan itu adalah akan mengancam keamanannya di sisi lain. Amerika menilai bahwa dengan itu mereka akan mewujudkan sejumlah kepentingan di bidang keamanan dan ekonomi disamping stabilitas keamanan di kawasan akan terwujud dengan jelas bagi Amerika dan dunia.

Dari sini, mungkin kita bisa menyimpulkan jawaban pertanyaan di awal artikel ini yang jauh dari optimisme atau keputus-asaan dan jauh dari vonis terlalu dini dari peristiwa sekarang. Jawaban dari pertanyaan di atas tidak akan keluar dari dua kemungkinan, dan tidak ada kemungkinan ketiga. Di masa mendatang yang menjadi judul bodoh adalah pertarungan Israel dengan Amerika atau kecongkakan Israel ini akan berakhir dengan penarikan Israel dari wilayah jajahan Juni 1967?? (bn-bsyr)

Kolumnis Palestina tinggal di Jordania

Tidak ada komentar: